MASIH MENCARI BENTUK....


27 February 2006

THE INDONESIAN ROCKET








No 4 JANUARI 2006 TAHUN XVI
Jelajah

Lapan Siap Kembangkan Rudal


Embargo yang dilancarkan AS kepada Indonesia selama bertahun-tahun toh membuat Washington pusing sendiri. Terakhir, AS lewat MTCR menyorot tajam manuver SBY yang berhasil meminta Cina untuk membantu membangun industri rudal taktis jarak dekat dan menengah. Bagaimana peluangnya? Berikut hasil penelusuran Angkasa.

Harus diakui, sepanjang 2005, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah melakukan berbagai langkah yang akan menumbuhkan kembali wibawa Indonesia di kawasan Asia. Setelah berhasil menggulung gembong teroris Dr Azahari dan mendesak AS mencabut embargo peralatan militer, dibawah arahannya, Pemerintah RI juga telah berhasil merangkul Cina untuk mau mendukung pendirian industri roket dan rudal untuk keperluan pertahanan.

Keinginan tersebut dikemukakan secara langsung oleh Kepala Negara saat menemui Presiden Cina Hu Jintao, Juli 2005 di Beijing. Transfer teknologi roket dan peluru kendali merupakan salah satu yang dijajaki dalam rangkaian kerjasama kemitraan dengan Cina. Hu Jintao sendiri menyambut baik dan bersedia memenuhi permintaan ini sebagai salah satu persyaratan di balik kontrak pembelian rudal untuk Indonesia.

Hu Jintao menyatakan, kesediaan mendukung industri Indonesia sebagai “new era” dalam hubungan kedua negara. Sementara bagi SBY, dukungan Cina bagi program jangka panjang ini merupakan “strategic partnership”. Kerjasama dan transfer teknologi ini ditargetkan selesai dalam waktu 10 tahun.

Langkah SBY kontan menuai sorotan tajam negara-negara Barat. Pasalnya, dalam jajaran pembuat roket dan rudal yang jumlahnya tak banyak, Cina tergolong yang paling disegani di dunia. Mereka telah menguasai penuh teknologi motor roket, sistem kendali, dan gyrscope — teknologi inti dari industri roket balistik dan rudal. Lebih dari iru Cina bahkan telah membuat sendiri rudal balistik antar benua. Transfer teknologi rudal ini dikuatirkan bisa disalahgunakan TNI untuk mengulang kembali kasus pelanggaran Hak Azasi Manusia.

Begitu pun, sejauh ini, belum diketahui persis roket balistik atau rudal jenis apa yang ditaksir Indonesia. Namun, Menhan Juwono Sudarsono dan Dirjen Strategi Pertahanan Dephan Mayjen Dadi Susanto sempat menyebut komponen dan spesifikasi yang diminati RI.

Mengutip situs www.danwei.org, Menhan Juwono Sudarsono (1/8) mengungkap, Indonesia memerlukan teknologi propulsi dam sistem kendali untuk pembuatan rudal berjarak jangkau hingga 150 km yang akan dipasang di kapal perang maupun di basis-basis darat. Kemandirian dalam industri roket dan rudal, diharapkan, akan mendongkrak kembali deteren Indonesia setelah merosot tajam akibat embargo AS.

Masih menurut sumber yang sama, Dadi Susanto mengungkap, Indonesia berminat membeli dan mentransfer teknologi rudal permukaan ke permukaan. Di samping rudal, Indonesia juga berminat membeli pesawat, kapal, dan amunisi.

Selain di bidang persenjataan, Indonesia-Cina sepakat pula melakukan kerjasama di bidang industri baja, pesawat terbang, dan perkapalan. “Dalam kerjasama teknologi di bidang pertahanan, bila kita bisa memproduksinya, kita akan produksi di dalam negeri,” tegasnya seraya meminta kepada sejumlah menteri, bahwa kemitraan strategis dengan berbagai negara tidak hanya berhenti pada penandatanganan kerja sama.

Sejauh ini, dalam inventori rudal permukaan ke permukaan, Indonesia pernah memiliki SA-2 Guideline (dasawarsa 1960-an), Rapier Mk-1 (habis masa pakainya menjelang tahun 2000), MM38 Exocet, dan Harpoon. Rudal-rudal ini dioperasikan oleh TNI AD dan TNI AL.

Tekanan MTCR

Seperti dialami banyak negara berkembang, Indonesia selalu ragu membuat sendiri roket atau rudal untuk kepentingan pertahanan karena takut menghadapi tekanan MTCR atau Missile Technology Control Regime. Di bawah kendali negara-negara G-7, mereka kerap melancarkan sanksi ekonomi dan politik kepada negara-negara yang ketahuan mengimpor dan mengekspor rudal termasuk komponen dan sub-sistemnya.

Kini SBY tampaknya sepakat memberanikan diri maju karena keadaan dan kondisi peralatan militer di dalam negeri sudah begitu mengkhawatirkan. Lagipula, roket atau rudal yang akan dikembangkan toh masih berada dalam batas yang diizinkan MTCR. Badan Pengendali Teknologi Rudal ini melarang pembuatan rudal, pesawat tanpa awak, dan segala teknologi sejenis yang bisa melontarkan muatan seberat 500 kg sejauh minimal 300 km. Hal ini dinyatakan karena dikuatirkan bisa disalahgunakan untuk penggelaran senjata pemusnah massal.

Harus diakui, semakin panjangnya daftar upaya pelanggaran wilayah kedaulatan oleh kekuatan asing layak menjadi dasar dari keinginan RI untuk mandiri di bidang industri persenjataan.
SBY sendiri tak asal ucap. Sepulang dari Cina, ia segera memanggil sejumlah menteri. Ia juga langsung membentuk Tim Nasional Roket Indonesia yang harus aktif memacu seluruh potensi di dalam negeri. Di bawah koordinasi Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, tim ini bahkan segera membuat masterplan pengembangan roket.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) sebagai satu-satunya aset nasional yang telah melakukan riset di bidang peroketan sejak dasawarsa 1960-an dilibatkan secara penuh. Menristek Dr Kusmayanto Kadiman berandai-andai, jika anggaran pertahanan 2005 sekitar Rp 24 triliun, mengambil satu triliun rupiah saja untuk riset peroketan dinilai sudah cukup. Selain Lapan, tim ini kabarnya juga akan melibatkan PT Dirgantara Indonesia, PT Pindad, LIPI, dan Lembaga Elektronika Nasional.

Lapan pun langsung digenjot melakukan uji peluncuran dan penembakan roket, lebih meriah dari tahun-tahun sebelumnya. Antara Juni hingga Desember lalu saja mereka melakukan sampai lima kali. Dua kali dilakukan di Pusat Peluncuran Roket Pamengpeuk, Jawa Barat, dan tiga kali di lokasi uji penembakan roket Pandan Wangi, Lumajang, Jawa Timur.

“Ini sudah termasuk luar biasa,” ungkap Deputi Ketua Lapan bidang Teknologi Dirgantara, Dr Ing. Agus Nuryanto kepada Angkasa di Pemengpeuk, Desember silam. Maklum, setahun paling banter hanya satu kali uji coba. Matanya berbinar, namun ia enggan menjelaskan soal detail roket kemiliteran yang diminati TNI.

“Itu urusan TNI sebagai user. Lapan hanya mengurusi desain roket,” timpalnya.
Nuryanto hanya mau mendiskripsikan bahwa Lapan sejauh ini telah mampu membuat roket dengan tingkat keunggulan yang bisa disimak dari diameter dan jarak jelajah. Pertama adalah roket berdiameter 70 mm (biasa disebut RX-70) berjarak jangkau 7,9 km. Selanjutnya, roket 80 mm (RX-80) berjarak jangkau 8 km; 100 mm (RX-100) berjarak jangkau 5 km; 150 mm (RX-150) berjarak jangkau 15,5 km; serta 250 mm (RX-250) berjarak jangkau 27,9 km.

Lebih lanjut, tahun ini Lapan akan segera membuat roket berdiameter 420 m (RX-420). Roket berjarak jangkau 300 km ini diharapkan sudah meluncur pada 2007.

Dua jenis pertama layak digunakan untuk basis roket berhulu ledak yang cocok dipasang di kapal perang dan pesawat tempur. Sedang empat jenis terakhir cocok digunakan sebagai basis roket balistik jarak pendek dan menengah darat ke darat.

“Dalam program uji terdahulu kami begitu mementingkan faktor ketinggian, karena memang hanya diproyeksikan untuk melontarkan satelit. Tetapi, kini, kami fokus dengan jarak-jangkau, karena militer memang cenderung menilik dari faktor ini,” ujar seorang ilmuwan yang tak ingin disebut namanya.
Lapan telah memiliki SDM yang mumpuni dan cukup menguasai teknologi. Hanya sayangnya mereka belum bisa membuat sendiri seluruh bagian roket. Mereka, di antaranya, masih mendatangkan tabung roket dan propelan dari negara-negara yang kerap diburu MTCR. “Kucing-kucingan” ini, kabarnya, telah mengakibatkan pesanan terbaru tabung roket senilai Rp 1,6 miliar tertahan dua tahun dan belum terkirim hingga sekarang.

Kehormatan bangsa

Apa pun itu, Lapan kini tengah memusatkan perhatian pada desain roket untuk keperluan pertahanan. Baik yang diuji di Pamengpeuk maupun Pandan Wangi sepanjang 2005, fisiknya telah dirancang berbeda dengan roket-roket terdahulu yang lebih ditujukan untuk kepentingan melontarkan muatan ilmiah.

Sepintas, kedua jenis memiliki sosok hampir sama. Masing-masing berangkat dari roket berdiameter sama. Namun, khusus untuk keperluan pertahanan, segi performance jauh lebih diperhatikan. Dalam kaitan ini, agar tingkat perkenaan (keakuratan) dan jarak jangkau meningkat, ketebalan selonsong roket dan ekor nozzle dibuat lebih tipis dan ringan.

“Selain itu, propelan dan desain propulsi juga lebih disempurnakan. Dengan demikian beban yang harus ditopang menjadi lebih ringan, dan roket akan melesat lebih stabil, lebih cepat, dan lebih jauh,” tambah Agus Nuryanto.

Hasilnya, roket-roket tersebut memang menunjukkan perubahan performance. Dalam uji coba peluncuran Kamis, 8 Desember 2005, hampir semua roket melesat lebih cepat dan lebih stabil. Tingkat kecepatan bisa disimak dari makin pendeknya jarak waktu menembus batas kecepatan suara. RX-250, misalnya, mampu menembus kecepatan suara hanya dalam sepersekian detik. Sementara, soal stabilitas bisa dilihat dari lurusnya jejak asap yang ditinggalkan.

Dalam uji keempat di tahun 2005 tersebut, Lapan meluncurkan roket satu tingkat berbahan bakar padat RX-100, RX-70, RX-80, dan RX-250. Untuk menjadi rudal, roket-roket ini paling tidak masih memerlukan sirip yang lebih canggih, sistem kendali elektronik, dan hulu ledak. Ketiga bagian utama inilah yang akan didatangkan dari Cina.

Selain soal performance, acara uji peluncuran roket tersebut menjadi lebih menarik setelah muncul tanggapan impresif dari sejumlah petinggi TNI. Mereka tegas menginginkan agar roket-roket tersebut bisa segera diproduksi untuk memperkuat TNI. Kemandirian di bidang industri persenjataan, kata mereka, bersifat strategis dan bisa menjadikan Indonesia lebih disegani di pentas politik internasional.

“Namun, langkah yang harus ditempuh memang tak ringan. Untuk itu, pertama, harus ada pihak ketiga yang bersedia memproduksi sesuai kebutuhan TNI sebagai user. Ini tak ringan karena pada tahap pertama secara ekonomis pasti tak mendatangkan keuntungan. Namun, beban ini bisa diperingan jika Pemerintah mau ikut menanggung pendanaan,” ujar Kepala Staf Komando Operasi TNI AU, Marsekal Pertama TNI Ganjar.

Di lain pihak Asisten KSAL bidang Pengamanan, Laksamana Muda TNI Deradjatun mengungkap, jika memang Pemerintah belum siap menanggung beban kerugian, membeli persenjataan dari luar negeri bisa menjadi alternatif pilihan. Namun, pilihan seperti ini akan selalu membuat negara lain bisa membaca batas kemampuan TNI. Nilai deteren-nya menjadi kurang.

Lalu, senjata berbasis roket seperti apakah yang diinginkan TNI? Sebenarnya juga tidak muluk-muluk amat. TNI AU, misalnya, hanya tertarik pada RX-70 dan RX-80 yang bisa dikembangkan menjadi roket udara ke permukaan yang biasa di pesawat terbang. Sementara TNI AL cenderung lebih tertarik pada RX-100 dan RX-150 yang dikatakan bisa dikembangkan menjadi rudal taktis permukaan ke permukaan.

Seraya memahami kesulitan ekonomi yang masih dialami negeri ini, langkah SBY untuk membangun industri peralatan pertahanan secara mandiri bagaimana pun perlu mendapat apresiasi yang tinggi. Terobosan dan keberaniannya menjalin kerjasama dengan Cina dan sejumlah negara Timur tak lain adalah untuk menumbuhkan kembali kehormatan Indonesia di pentas internasional.

Kita belum juga tahu apakah proyek industri roket dan rudal pertahanan ini akan benar-benar terlaksana. Tetapi goodwill yang dilayangkan Pemerintah SBY sudah merupakan awal yang baik. (adr)

26 February 2006

DATA ANGKATAN UDARA RI

Data ini mungkin nggak terlalu up to date, tapi ini bisa jadi gambaran kekuatan AU indonesia.

Pekanbaru, Sumatra (WIBB)
Skadron Udara 12

Hawk Mk109
Hawk Mk209
Supadio, Pontianak, Kalimantan (WIOO)
Skadron Udara 1

Hawk Mk109
Hawk Mk209
Halim Perdanakusuma, Jakarta, Java (WIIH)
Skadron Udara 2

CN235-100M
F27-400M
SF260MS/WS
Skadron Udara 17
B737-2Q8
F27-400M
F28-1000/3000
L100-30
C-130H-30
NAS332L1
Skadron Udara 31
L100-30
C-130H-30
Suryadarma, Kalijati, Java (WIIK)
Skadron Udara 7

EC-120B
Bell 47G-3B-1
Skadron Udara 2 det.
SF260MS/WS
Atang Senjaya, Bogor, Java (WIAJ)
Skadron Udara 6

NAS332(TT)
S-58T
NBo105CB
Bell206 (status?)
H-500 (status?)
BK-117 (status?)
Skadron Udara 8
SA330J
NSA330L
NSA330SM
Adisucipto, Yogyakarta, Java (WIJJ)
Skadron Pendidikan 101

AS202/18A-3
T-41D
Skadron Pendidikan 102
T-34C
KT-1B
Iswahjudi, Madiun, Java (WIAR)
Skadron Udara 3

F-16A
F-16B
Skadron Udara 14
F-5E
F-5F
Skadron Udara 15
ex Skadron Pendidikan 103

Hawk Mk53
Abdulrachman Saleh, Malang, Java (WIAS)
Skadron Udara 4

NC212M-100/200
Ce 401A
Ce 402A
Skadron Udara 32
C-130B
KC-130B
C-130H
Unit OV-10 Bronco
(was Skadron Udara 21 until 26jul05)

OV-10F
Hasanuddin, Ujung Pandang, Sulawesi (WAAA)
Skadron Udara 5

B737-2X9
Skadron Udara 11
Su-27SK
Su-30MK
Suryadarma, Subang, Java (WIIK)
SATUD TANI

PC-6B
Ce185
Atang Senjaya, Bogor, Java (WIAJ)
BASARNAS
supported by SkU.6

NBo105CB
Bell206 (status?)
H-500 (status?)
BK-117 (status?)
Juanda (JND), Surabaya, Java (WRSJ)
BASARNAS
supported by SkwU (RON) 400

NBo105CB
Pondok Cabe, Jakarta (Pelita airport), Java (WIIP)
ASI
Note: most aircraft at Halim and Suryadarma.

C-47/DC-3
T-6/AT-16
AS202/18A-3
T-34A
L-4J
Aviat Husky A-1
SC-7
Ce150
Ce401
PZL-104
PA23
Pa32
Pa34
UF-2
An-2
Gliders

Dinas Penerbangan Angkatan Laut
Juanda (JND), Surabaya, Java (WRSJ)
Skwadron Udara (RON) 200

DC100?
BeF33A
Tampico TB 9 GT
Tobago TB 10 GT
Pa-38
NC212M-200
EC-120B
Skwadron Udara (RON) 400
Alouette 2
NBo105CB
NAS332F
NB412S
Mi-2
Mi-17 (o/o)
EC-120B (?)
Skwadron Udara (RON) 600
NC212M-200
DHC-5D
Skwadron Udara (RON) 800
N22B
N22SL
N24A
NC212M-200 PATMAR

Dinas Penerbangan Angkatan Darat
Sekolah Penerbang (Sekbang) TNI-AD (pilot School)

NBo105CB
Bell 205A-1
H-300C
Skadron Udara Angkatan Darat 11 / Heli Serbu
(was SkuAD 1 until 2003?)

NBo105CB
NBo105CB-4
Bell 205A-1
NB412S
NB412HP
Mi-35P
Mi-17 (o/o)
Pondok Cabe, Jakarta (Pelita airport), Java (WIIP)
Skadron Udara Angkatan Darat 21 / Bantuan Umum
(was SkuAD 2 until 2003?)

AC680FL
BN-2A
NBo-105CB
NC212M-200
DHC-5D
SE3160L

SA-13 Gopher, SAM swagerak Russia





sekilas
sista rudal hanud swagerak jarak dekat 9M37 Strela 10 dirancang guna menggantikan leluhurnya, 9K31 Strela 1, yang semula dilansir memenuhi kebutuhan sista hanud ringan yang mudah dipindahtempatkan, SA-9 Gaskin yang cukup revolusioner di jamannya. maklum, sejak awal 1950-an, SAM russia selalu tampil besar dan berat hingga lambat dipindahkan dan gampang dilacak pesawat mata2 NATO. sejak adanya SA-9, NATO mulai kerepotan melacak rudal hanud russia.
SA-9 ditempatkan diatas kendaraan pengintai BRDM 2 dengan 4 rudal 9M31 Strela 1. tiap rudal berhulu ledak HE seberat 2.6 kg dan dikemas pada tabung peluncur berbentuk kotak. dengan kecepatan jelajah mach 1.5, rudal seberat 30kg ini dapat menjangkau sasaran sejauh 8000meter dan setinggi 6000 meter.
peningkatan kecepatan pesawat NATO yang mencapai mach 2 membuat SA-9 tidak lagi layak ditempatkan di front.maka, di medio 70-an, lahirlah ZRK-BD 9K35 Strela 10, alias SA-13 gopher.

kendaraan angkut
BRDM-2 dengan segala keterbatasannya tidak lagi mampu memenuhi kebutuhanhasil modifikasi ini. selain tidak bisa membawa rudal cadangan, ia juga tidak bisa dilengkapi radar dan penjejak elektronik lain. walhasil, mobilitasnya juga rendah. lalu, dipilihlah MT-LB yang lebih tangguh dan lebih bisa bermanuver dengan roda rantainya, ukuran lebih luas, dan bisa dipasangi rudal2 cadangan dan piranti elektronik yang lebih banyak.
MT-LB ini memiliki panjangn total 6.63 m, lebar 2.85 m, tinggi dengan tabung peluncur rudal pada posisi nonaktif 2.37 m, sedang tinggi pada posisi siap tembak sampai 3.86 m. bobotnya cukup ringan 12.3 ton. kecepatan maksimum di jalan raya mencapai 61.5 km/jam dengan jarak 500 km. saat menyeberangi sungai/amfibi, kecepatannya 6 km/jam. ditenagai mesin disel 8 silinder YaMZ-238V berdaya 240PK dengan kapasitas solar 450 liter, MT-LB bisa melibas rintangan setinggi 0.7 m, dan parit selebar 2.7 m. atau mendaki bukit dengan kemiringan 31 derajat dan melintasi jalan dengan kemiringan 15 derajat.
MT-LB seperti aslinya untuk mengangkut pasukan, juga dilengkapi dengan baja hingga 7 mm untuk perlindungan perang, disertai kemampuan nubika dan perangkat penglihatan malam dengan IR bagi pengemudinya.
karena dipasangi rudal, turret MT-LB yang bersenjatakan meriam KPVT 14.5mm harus dicopot, diganti dengan senapan mesin ringan PK kaliber 7.62mm.

rudal
baik rudal 9M31 (SA-9) ataupun 9M37 (SA-13) termasuk kelompok SAM ringan kelas strela dengan pemandu IR. sebagai hasil modif, 9M37 lebih panjang 0.42 m dari rudal 9M31. lebih silindris dan hidungnya lebih bulat. panjang 2.2 m, diameter 0.12 m, dan lebar sirip 0.36 m. dengan bobot siap tembak 42 kg (hulu ledak HE 5 kg), 9M37 dengan kecepatan mach 2 lebih, dapat menghajar sasaran berkecepatan hingga 1500 km/jam pada jarak 200-5000 m dan ketinggian 10-3500 m.
hulu ledak 9M37 dipasangi perangkat penjejak pasif segala aspek sasaran dari bahan timbal sulfida (yang didinginkan secara cryogenic) dipandu IR. sementara sumbu ledaknya ada 2 macam. jenis sumbu tumbukan dan sumbu yang diaktifkan sinar laser pada jarak 4 m dari sasaran. dengan adopsi perangkat penjejak bermode ganda (IR dan pasif optikal photo contrast) maka rudal ini punya sistem perangkat anti kecoh perang elektronik yang cukup baik. photo contrast bisa mendeteksi sasaran pada jarak 2000-8000 m, sedang IR pada jarak 2300-5300 m.
tiap SA-13 membawa 8 rudal cadangan. bisa juga gabungan rudal 9M31 dan 9M37. untuk sasaran murah dan gampang, pakai 9M31, sedangkan yang mahal dan sulit, gunakan 9M37. waktu untuk menyiapkan sistem pada kondisi siap tembak 40 detik. demikian sebaliknya. sementara waktu pengisian ulang rudal semua tabung sekitar 2 menit.
9M37 dimodif menjadi 9M333. bobotnya mencapai 55 kg, dengan bobot hulu ledak 7.5 kg. di sekitar hidung ada 3 sirip delta, sementara di ekornya ada 4 sayap delta yang mengembang saat meninggalkan tabung peluncur. kecepatannya hampir mach 2.8. jika dibutuhkan, 9M333 dapat melaju hingga ketinggian 30 km.
seperti SA-9, SA-13 dalam sekali tembak melepas 2 rudal bersamaan menuju satu sasaran dengan frekuensi gelombang pengarah yang berbeda. diharapkan, jika satu rudal kena kecoh, yang lainmasih bisa menguber sasaran.

radar
MT-LB yang dipakai SA-13 mempunyai nama fungsional TELAR (Transporter-Erector-Launcher-Radar). ada TELAR 1 dan TELAR 2. pada TELAR 1, ada 4 unit antena radar deteksi pasif jenis Flat Box B yang dipasang pada kedua sisi belakang karoseri, satu dibagian atap depan jajaran tabung peluncur, dan sisanya di depan jendela kabin pengemudi kendaraan. sementara pada TELAR 2 yang menjadi kendaraan komandan baterai SAM (satu baterai terdiri atas 4 unit SA-13) keempat antena tadi tidak ada. sebagai gantinya dipasang radar pendeteksi dan penjejak sasaran tipe Dog Ear. diawaki 5 orang, jangkauan deteksi Dog Ear 80 km, sementara jangkauan penjejaknya 35 km.
agar rudal tidak terbuang percuma gara2 ditembakkan diluar jangkauan, SA-13 dipasangi radar penentu jarak sasaran 9S86 Hat Box. radar ini bisa beroperasi mandiri atau dipandu radar B-76 Gun Dish yang terpasang pada sista arhanud ZSU-23/4 shilka. jika Hat Box kena jamming, radar cadangan Snap Shot yang beroperasi pada frekuensi ganda segera beraksi dalam tempo 12 detik setelah Hat Box lumpuh. jenis radar lain yang ada pada SA-13 adalah Pie Rack, utuk mengidentifikasi lawan-kawan.
Sistem SAM inilah yang sempet ikut masuk ke film Behind Enemy Lines.
Sistem SAM murah kayak gini bisa dipasang di kendaraan pengangkut buatan industri strategis kita

Mengenal Marinir Kita




Sejarah Marinir

Korps Marinir memang unik, karena dalam terminologi militer " Korps" adalah suatu kesatuan di atas tingkat Divisi dengan tanda taktis XXX dan di bawah tingkat Kopur atau tentara. Namun dalam tubuh Angkatan Laut, Korps Marinir di anggap sebuah " branch" yang melengkapi isi TNI AL di samping Pelaut, Teknik, Elektro, Supply, Khusus, Kowal dan Kesehatan.

Dalam struktur organisasi TNI AL, Korps Marinir adalah sebuah Kotama sejajar dengan Kotama lain seperti Koarmatim, Koarmabar, Kolinlamil, Kodikal, Seskoal dan AAL.

Sejarah Singkat Korps Marinir

Terlahir dari patriotisme pemuda yang menginginkan patahnya belenggu kolonialisme, Korps Marinir sudah eksis sejak berkecamuknya perang merebut kemerdekaan. Setelah gema Proklamasi 17 Agustus 1945 dikumandangkan, pada tanggal 22 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia membentuk tiga badan yaitu Komite Nasional Indonesia, Party Nasional Indonesia dan Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP). Dalam lingkungan BPKKP inilah dibentuk satu badan keamanan yang dinamakan Badan Keamanan Rakyat (BKR). Bagi pelaksanaan tugas keamanan dan ketertiban di pantai, lautan dan daerah-daerah pelabuhan dibentuk BKR Laut yang didirikan pada 10 September 1945

Pada 5 Oktober 1945 Presiden mengeluarkan maklumat tentang pembentukan Tentara Keamanan Rakyat di mana BKR menjadi inti TKR. Dengan demikian BKR Laut pun berubah menjadi TKR Laut. TKR ini kemudian berkembang menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI).


Pada 15 Nopember 1945 tercantum dalam Pangkalan IV ALRI Tegal nama Corps Mariniers (tanggal ini selanjutnya dijadikan sebagai hari lahir Korps Marinir). Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertahanan No. A/565/1948 pada tanggal 9 Oktober 1948 ditetapkan adanya Korps Komando di dalam jajaran Angkatan Laut. Korps Komando Angkatan Laut (KKO AL) kembali menggunakan nama Korps Marinir sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Staf Angkatan Laut No. Skep/1831/XI/1975 tanggal 15 Nopember 1975.


Seiring dengan berkembangnya jaman terutama untuk menuju terbentuknya organisasi militer yang modern dan profesional, Korps Marinir baik secara organisatoris maupun pembinaan kekuatannya mengalami beberapa perubahan. Perubahan yang dimaksud antara lain mulai dari penyebutan unsur kekuatan, likuidasi beberapa satuan, penambahan kekuatan satuan baik di lingkup Komando Pelaksana (Kolak) maupun Satuan Pelaksana (Satlak) hingga ke tingkat pola pembinaan personel atau pengawak organisasi.


Di bidang organisasi, perubahan terakhir terjadi pada tahun 2004 di mana terbentuk kekuatan baru di jajaran Kolak Korps Marinir yakni dengan terbentuknya Pasmar-II dan Brigif-3 Marinir.


Di masa mendatang, kekuatan Korps Marinir akan terus dikembangkan hingga mencapai bentuk yang ideal baik dari segi kualitas maupun kuantitas personel termasuk peralatan tempurnya.

Kesatuan dijajaran Korps Marinir :

# MARKAS KOMANDO KORPS MARINIR
# PASMAR I
# PASMAR II
# KOLATMAR
# BRIGIF 1 MARINIR
# BRIGIF 2 MARINIR
# BRIGIF 3 MARINIR
# RESIMEN ARTILERI 1 MARINIR
# RESIMEN ARTILERI 2 MARINIR
# RESIMEN KAVALERI 1 MARINIR
# RESIMEN KAVALERI 2 MARINIR
# RESIMEN BANTUAN TEMPUR 1 MARINIR
# RESIMEN BANTUAN TEMPUR 2 MARINIR
# LANMAR JAKARTA
# LANMAR SURABAYA
# DENJAKA
# RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK
# YONTAIFIB-1 MARINIR
# YONTAIFIB- 2 MARINIR
# YONIF 1 MARINIR
# YONIF 2 MARINIR
# YONIF 3 MARINIR
# YONIF 4 MARINIR
# YONIF 5 MARINIR
# YONIF 6 MARINIR
# YONIF 7 MARINIR
# YONIF- 8 MARINIR
# YONIF - 9 MARINIR
# YON ARMED 1 ( HOWITZER ) MARINIR
# YON ARMED 1 ( ROKET ) MARINIR
# YON ARHANUD 1 MARINIR
# YON ARMED 2 ( HOWITZER ) MARINIR
# YON ARMED 2 ( ROKET ) MARINIR
# YON ARHANUD 2 MARINIR
# YON TANK 1 MARINIR
# YON RANRATFBI 1 MARINIR
# YON KAPA 1 MARINIR
# YON TANK 2 MARINIR
# YON RANRATFBI 2 MARINIR
# YON KAPA 2 MARINIR
# YON ZENI 1 MARINIR
# YON ZENI 2 MARINIR
# YON ANGMOR 1 MARINIR
# YON ANGMOR 2 MARINIR
# YON BEKPAL 1 MARINIR
# YON BEKPAL 2 MARINIR
# YON KOMLEK 1 MARINIR
# YON KOMLEK 2 MARINIR
# YON KESEHATAN 1 MARINIR
# YON KESEHATAN 2 MARINIR
# YON PROVOS 1 MARINIR
# YON PROVOS 2 MARINIR
# YON MARHANLAN I
# YON MARHANLAN IV
# YON MARHANLAN V
# YON MARHANLAN VI

Sumber http://www.Marinir.mil.id

15 February 2006

THE BRAVE EPISODE



THE ASSAULT RIFFLE


Senapan Serbu masa depan, model semakin futuristic, secara umum caliber dipertahankan, banyak pengembangan pada jenis amunisinya. Angkatan Bersenjata Amerika Serikat masih terus berupaya keras untuk memperoleh jenis senapan serbu terbarunya. Proyek ACR (Advanced Combat Rifle) yang usianya sudah hampir 20 tahun masih belum mencapai finalnya. Pasukan AS di Iraq masih turun gelanggang dengan senapan serbu M-16 dengan versi A4.

Beberapa versi terbaru senapan serbu masih bertahan pada caliber 5.56 x 45mm NATO. Beberapa versi experimental senapan serbu diperkenalkan seperti XM29, XM8, dan sebagainya. Bentuk beberapa senapan serbu baru ini banyak yang hampir menyerupai senapan dalam film Startrex.

Selain masih banyak yang mengadopsi mekanisme konvensional, banyak juga yang mengadopsi system Bullet Puppy (Bulpup).

Pabrik Heckler & Koch yang kini memiliki sarana produksi di Amerika Serikat merupakan pengembang senapan serbu XM-29 SABR/OICM. Dalam satu senapan serbu ini memiliki dua caliber dengan dua laras. Kaliber 5.56 x 45mm NATO pada bagian bawah dan, caliber 20 x 85mm pada laras bagian atas. Amunisi caliber 5.56mm yang menggunakan system kinetic energy, dengan bentuk proyektil yang unik.

Amunisi caliber 20mm yang dapat ditembakkan termasuk dari jenis anti-armour dengan hulu shaped-charge yang sangat efektif untuk menghadapi target kendaraan lapis baja serta berbagai target keras.

Versi dasar XM-29 memiliki panjang keseluruhan 890mm, panjang laras 250mm untuk Kinetic Energy 5.56mm dan panjang 460mm untuk caliber 20mm. Beraksi dengan system operasi gas (5.56mm rotating bolt). Bobot kosong 5.5 kg, bobot isi 6,8 kg. Dilengkapi dengan megasen caliber 5.56 mm berisi 30 butir, dan caliber 20mm berisi enam butir. Unuk mekanisme caliber 5,56mm diambil dari system yang diterapkan pada senapan serbu Heckler & Koch jenis G36.

Rancangan, untuk caliber 5,56mm amunisi terletak didepan trigger dan untuk megasen caliber 20mm berada dibelakang hand grip trigger (bulpup). Trigger hanya satu buah dimana untuk pemilihan penembakan caliber 5,56mm aau 20mm dilakukan dengan selector khusus. Laras untuk caliber 20mm dibuat dari bahan titanium.

Senapan ini dilengkapi dengan alat bidik khusus berupa video camera 6x serta laser range finder, alat bidik menjadi satu dengan perangkat computer pengendali penembakan.

Heckler & Koch (HK) juga telah meluncurkan senapan serbu jenis G11 yang bentuknya juga sangat futuristic dan lebih sederhana. G11 dikembangkan untuk menembakkan amunisi tanpa selongsong (caseless ammunition) caliber 4,7mm. Mekanisme aksi menggunakan system gas operated, rotating breech. Memiliki panjang keseluruhan 750mm dengan panjang laras 540mm, berat kosong 3,6 kg. Megasen amunisi berisi 45 atau 50 butir.

G11 mulai dikembangkan pada tahun 1960 yang direncanakan untuk menggantikan senapan serbu jenis G3 dengan senapan serbu yang lebih ringan. Dalam perjalanan panjang pengujiannya, G11 mengalami beberapa kali penyempurnaan. Sampai tahun 1989 diperoleh varian G11K2 dengan nilai rata-rata 50 persen diatas kemampuan G3. Pada tahun 1990 HK telah menyerahkan 1.000 pucuk G11K2 kepada Bundeswehr, namun dengan beberapa alas an program G11 dibatalkan oleh pemerintah Jerman. G11 ini juga pernah masuk dalam percobaan program ACR Angkatan Bersenjata Amerika Serikat pada tahun 1990.

HK G36. merupakan senapan serbu jenis popor lipat keluaran HK denghak caliber 5,56 x 45 mm (.223 Remington). Dikeluarkan dalam tiga versi utama, G36 dengan panjang keseluruhan - popor terbuka 998mm, G36K dengan panjang keseluruhan 860mm, dan G36C versi Komando dengan panjang kesluruhan 720mm. Dilengkapi dengan megasen berkapasitas 30 butir peluru.

Proyek G36 dimulai pada awal tahun 1990 setelah dibatalkannya program G11 dan G41, dikenal sebagai proyek HK-50.

G36 juga dapat dilengkapi dengan pelontar granat caliber 40mm yang dipasang dibawah bagian laras. Juga dapat dilengkapi dengan bayonet (menggunakan bayonet jenis yang digunakan pada senapan serbu AK-74). Kemampuan penembakan rata-rata 750 butir peluru per menit.

QBZ-95 dari China. Industri persenjataan China tidak mau ketinggalan dalam menciptakan versi senapan serbu moderen. Mereka mengeluarkan type QBZ-95 dengan system Bullpup dengan caliber 5,8 x 42mm (5,56 x 45mm NATO). Beroperasi dengan system gas operated, rotating bolt. Memiliki panjang keseluruhan 760mm dengan panjang laras 520mm. Berat kosong 3,4 kg, dilengkapi dengan megasen isi 30 butir peluru, kemampuan penembakan rata-rata lebih dari 650 butir peluru per menit.

Pengembangan QBZ-95 diawali dengan pengembangan amunisi caliber 5,8 x 42mm yang dikenal sebagai DBP87 pada akhir decade 1980-an. Amunisi caliber baru ini dinyatakan lebih unggul dibandingkan dengan caliber 5,56 x 45mm NATO atau caliber 5,54mm Soviet. Amunisi ini memiliki kecepatan laras (muzzle velocity) sekitar 930 meter per detik dengan berat amunisi 4,26 gram.

Setelah sukses dengan pengembangan amunisi tersebut barulah di jalankan program pengembangan senapan serbu QBZ-95 (Qing Buqiang Zu/Light Rifle 1995), pertama kali dipertontonkan oleh Tentara Rakyat China pada tahun 1997, saat pengambil-alihan Hong Kong. Versi ekspor untuk senapan serbu ini diberi kode QBZ-97 dengan kamar peluru caliber 5,56 x 45mm NATO.

FN SCAR - Special Forces Combat Assault Rifle, dikembangkan bersama oleh pihak Amerika Serikat dan Belgia. Dibuat dalam dua versi; SCAR-L (Light) caliber 5,56 x 45mm NATO dan, SCAR-H (Heavy) caliber 7,62 x 51mm NATO (versi dasar) dan 7,62 x 39mm M43. Versi L memiliki panjang keseluruhan 850mm (berat kosong 3,5 kg), sedangkan versi H memiliki panjang keseluruhan 997mm (berat kosong 3,86 kg). Keduanya memiliki kecepatan penembakan rata-rata 600 peluru per menit. Kapasitas magasen untuk versi L adalah 30 butir peluru, serta versi H 7,62x51 NATO 20 butir peluru dan 7,62x39 M43 30 butir peluru.

SCAR merupakan kependekan dari SOF Combat Assault Rifle, mulai diperkenalkan sebagai pemenang perancangan senapan serbu bagi unit pasukan khusus AS pada akhir tahun 2004. Senapan ini diproduksi di Amerika Serikat oleh anak perusahaan Fabrique Nationale Herstal dari Belgia.

SCAR dilengkapi dengan alat bidik logam yang dapat dilepas dengan folding diopter- type rear sight pada receiver rail, dan folding front sight pada unit gas block. Alat bidik tambahan dapat melengkapi senapan ini dengan kedudukan standar MIL-STD 1913. Sementara ini untuk prototype SCAR tidak dilengkapi dengan kedudukan bayonet.

XM-8 dari Amerika Serikat. Senapan serbu experiment XM-8 mulai dikembangkan oleh Angkatan Darat Amerika Serikat pada tahun 2002 dengan diberikannya kontrak kepada industri Alliant Techsystems Co. untuk mempelajari kemungkinan pengembangan system kinetic energy sebagai bagian dari proyek senapan eksperimen XM29 OICW, untuk menggantikan senapan serbu jenis M16A2 dan M4A1. Senapan XM-8 sendiri dikembangkan oleh pihak Heckler & Koch (HK) USA, sebagai anak perusahaan HK Jerman. Menurut rencana senapan XM8 akan diproduksi secara penuh pada tahun 2005 ini.

Apabila program XM8 ini disetujui secara penuh maka senapan jenis carbine ini akan disebut sebagai M8. Menggunakan amunisi caliber 5,56 x 45mm NATO. Amunisi yang digunakan merupakan jenis baru dengan menggunakan selongsong dari bahan komposit (dasar selongsong dari bahan kuningan dan dindingnya dari bahan polymer) sehingga bobotnya akan lebih ringan dari pada jenis konvensional. Menurut perkiraan, bobot XM8 ini akan lebih ringan sekitar 20 persen dibandingkan dengan M4A1.

XM8 memiliki system kinetic energy yang sama dengan XM29 OICW. Memiliki popor dengan system telescopic dari bahan plastic. Senapan ini sudah melalui pengetesan yang intensif oleh pihak Angkatan Darat Amerika Serikat pada pertengahan tahun 2004 yang lalu. Namun menurut berita terakhir (September 2005) pihak AD-AS telah membuka kesempatan kepada pihak Industri lain untuk memproduksi senapan serbu ini karena penawaran yang diberikan oleh pihak HK USA dinilai terlalu mahal.

Secara umum XM8 merupakan derivative dari senapan serbu HK G36. Pada XM8 memiliki short piston stroke. Larasnya juga mudah diganti dengan berbagai ukuran panjang - 229mm untuk versi Compact/PDW, 318mm untuk versi standar, dan 508mm untuk versi senapan runduk dan versi senapan regu dengan bipod.

KONSEP AICW dari AUSTRALIA. Angkatan bersenjata Australia mengembangkan konsep pengembangan AICW (Advanced Infantry Combat Weapon) dari versi Steyr AUG dengan sebutan AICW VX3. Prototype senapan serbu ini telah mengalami pengetesan pada musim panas tahun 2005 ini.

VX3 memili dua laras, pada bagian atas sebagai pelontar granat caliber 40mm dan pada bagian bawah laras senapan caliber 5,56 x 45mm NATO. Metoda aksi yang diterapkan adalah Gas operated, rotating bolt ditambah Metal Storm patended stacked-projectile caseless. Memiliki panjang keseluruhan 738mm dengan berat kosong sekitar 6,48 kg.

Kecepatan penembakan rata-rata (5,56mm) sekitar 650 butir peluru per menit. Megasen isi 30 butir peluru (5,56mm) dan tiga butir granat caliber 40mm.

Saat ini AICW VX3 yang ada barulah versi 3rd generation technology demonstrator. Direncanakan Kementrian Pertahanan Australia akan mulai memesan VX3 ini sekitar tahun 2010-2013.

SS-2 dari PINDAD. Sementara industri senapan serbu Indonesia PT. PINDAD terakhir ini telah meluncurkan senapan serbu versi terbaru dengan nama SS-2 yang sebagian sudah diserahkan kepada Angkatan Darat. Bentuk senapan serbu SS-2 tidak jauh berbeda dari jenis pendahulunya SS-1, namun menurut berita yang diterima redaksi SS-2 memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan versi SS-1.

AIRBUS 400 M
Hercules Abad 21


Dunia sudah banyak berubah. Sedikitnya ada enam titik konflik di dunia yang membutuhkan kecepatan angkut peralatan dan logistik militer. Di benua Amerika bagian Selatan terdapat di kawasan Andes, di benua Eropa terjadi di selatan Eropa, di benua hitam Afrika di kawasan sub Sahara, serta tetangganya, Timur Tengah dan seputar Afghanistan, Irak, Pakistan, juga India. Titik rawan lainnya adalah di kawasan Asia Tenggara.

Sampai detik ini, armada pesawat angkut militer Eropa masih mengandalkan "Si Herky" ataupun C-160 Transall buatan Jerman. Usianya rata-rata sudah mencapai 15 tahun plus. "Herky" mutakhir versi C-130J yang dipesan RAF (AU Kerajaan Inggris) sebanyak 25 unit-belum pula mampu memenuhi persyaratan tersebut. Masih dinilai lamban (350 knot) dan ketinggian jelajahnya masih di bawah 30.000 kaki.

AS tidak mau menyerah begitu saja. Dimunculkanlah pesawat angkut jet C-17 Globemaster dengan kemampuan jelajah 450 knot. Sayangnya, produk AS ini kurang memenuhi persyaratan mendarat di landasan pendek-kasar. Faktor lainnya, terbang jelajahnya pada ketinggian 30.000 kaki dibandingkan pesawat angkut turboprop A400M yang dirancang Airbus Military untuk terbang pada ketinggian 39.000 kaki dengan kecepatan 0,68 sampai 0,72 Mach. Jarak terbang nonstop sejauh 5.000 mil laut dengan MTOW (maximum take-off weight) 130 ton. Maksimum payload-nya 37 ton.

Program A400M, "Herky" abad 21, kehadirannya tambah dipacu oleh keputusan delapan AU dengan memesan 196 unit Jerman (73), Prancis (50), Inggris (25), Turki (10), Spanyol (27), Belgia (7), Portugal (3), dan Luxemburg (1). Pesawat pertama dijadwalkan melaksanakan terbang perdananya pada 2006, disusul kemudian dengan penyerahaan pesanan di mulai 2008. Delapan AU Eropa yang bakal mengoperasikan jenis pesawat angkut baru ini total pesanannya bernilai 11,25 miliar ponsterling.

Pengalaman yang diperoleh pabrik Airbus memproduksi pesawat angkut komersial akan melengkapi pula pesawat A400M bermesin empat turboprop TP400 dengan 10.000 shp (shaft horse-power) yang memutar delapan bilah baling-balingnya. Selain avionik digital mutakhir, two-man cockpit-nya juga dilengkapi kemudi fly-by-wire, serupa kemudi pesawat penumpang keluarga Airbus A330 dan A340. Di samping night vision glass cockpit dan sidestick flight-by-wire, kokpit A400M dilengkapi dua head-up display (HUD) yang umumnya terdapat dalam kokpit jet tempur mutakhir.

Tujuh layar CRT besar dan dua kemudi (sidestick) fly-by-wire sangat signifikan dalam kokpit A400M. Dua HUD tergantung di depan penerbangnya, memberi kemudahan dan kenyamanan bagi penerbang untuk menerbangkan A400M. Terlebih lagi dibuat tambah "enak" dengan pandangan keluar yang panoramik, melebihi kokpit pesawat sipil ataupun pesawat militer lainnya yang disebut dalam JAR 25 dan MIL-STD 850B keempat mesin dengan delapan bilah baling-baling berdiameter 17,5 kaki, dengan leluasa dapat terlihat oleh pilotnya.

Kokpitnya tambah nyaman dengan dilengkapi dua tempat tidur untuk awaknya beristirahat dalam penerbangan jarak jauh. Selain ini, juga dilengkapi dapur, sementara kamar kecil terdapat pada dek bawah.

Richard Thompson, Commercial Director Airbus Military SAS dalam TPB 2002 menerangkan, Prancis akan bertanggung jawab membuat kokpit A400M, sistem kontrol, hidung pesawat, kedudukan mesin dan center-wing box. "Jerman akan membuat badan utama pesawat, termasuk ramp door dan pintu-pintu lainnya, ekor tegak pesawat, sponson perangkat pendarat dan sistem penanganan kargo. Inggris yang berpengalamanan membuat sayap-sayap pesawat Airbus, akan membuat sayap A400M, termasuk mendesain wing outer box dan spar dengan Jerman menyumbang desain wing panel-nya," jelasnya.

Lebih lanjut dijelaskan, Belgia akan membuat leading edge sayap dan flap track, alat-alat mekanisme dan fairing. Turki akan menyumbang pembuatan aileron dan permukaan spoiler serta bagian belakang badan pesawat. Portugal akan memasok fairing sayap dan badan, elevator dan komponen dari kemudi naik-turun (elevator). Spanyol akan membuat elevator-nya, engine nacelle, dan perakitan akhir A400M.

Keunikan lain dari A400M adalah mesin turboprop TP400 dibuat secara "gado-gado" oleh sebuah konsorsium terdiri dari Fiat-Avio (Italia), ITP (Spanyol), MTU (Jerman), Rolls-Royce (Inggris), SNECMA (Prancis), Techspace Aero (Belgia), dan TAI (Turki).

Ruang kargonya yang dirancang untuk menerima multi barang, antara lain dirancang untuk dapat mengangkut 116 sampai 120 pasukan dengan peralatan tempur lengkap. Dalam versi mix-cargo, dapat angkut 54-57 pasukan dan sembilan pallet kargo. Sebagai pesawat kargo, mampu angkut sembilan pallet 88 x 108 inci dan sebagai pesawat medevac, dilengkapi 60 bangku stretcher dan 10 perawat. Untuk mengangkut kargo non-pallet, mampu menampung dua heli serang Cougar, Tigre atau Apache, tiga armoured personnel carrier, lima truk dengan tujuh ton trailer atau sebuah (tank) Howitzer. Dapat pula mengangkut dua truk lima ton dengan dua kanon 105 mm, atau sebuah sistem rudal Patriot ataupun enam jip Land Rover dengan trailer-nya.

Sementara dalam versi pesawat angkut kemanusiaan, A400M mampu mengangkut sebuah mobile crane, sebuah dump truck dan excavator, menerima 40 kaki ISO container serta semi-articulated truck dengan container sepanjang 20 kaki. Keunikan lain yang dimilikinya, mampu melakukan pengisian bahan bakar di udara. Alat pengisian bahan bakar terdapat di atas kokpit. Dengan kemampuan ini membuatnya mampu terbang lebih jauh lagi tanpa mendarat. Sekaligus pula, bisa diubah menjadi pesawat tanker bagi pesawat tempur ataupun pesawat angkut jenis yang sama.

Dengan keistimewaan yang menjejali A400M, tampaknya pesaingnya harus pula bekerja keras agar C-130J Hercules mampu bertahan dalam abad 21. Setidaknya, sekarang sudah banyak AU berbagai negara melirik produk buatan Airbus Military ini. ((ds)

DATA TEKNIS AIRBUS 400M

Panjang Badan : 42,2 m

Tinggi : 14,7 m

Bentang Sayap : 42,4 m

Ruang Kargo ; 92 m2

Volume Kargo (bruto) : 356 m3

Kapasitas bahan bakar : 64.030 liter

Kecepatan Jelajah : 0,68-0,72 Mach

Mesin : 4 x 10.000 shp turboprop

Awak : 2 (+ 1 loadmaster)

Max. tactical TO Weight (2,5g) : 116.500 kg

Max Logistic TO Weight (2,5g) : 130.000 kg


BURSA INDUSTRI PERTAHANAN DEPHAN


Written by Christopher James

Jakarta, DMC - Direktur Utama PT. Pindad, Dr. Ir. Budi Santoso, mengatakan bahwa PT. Pindad saat ini mulai mengembangkan senjata dan peluru besar kaliber 20 mm dan 76 mm, serta kendaraan pertahanan jenis APR dan APS. Sementara itu, untuk kendaraan pertahanan jenis APS sesuai permintaan TNI sebanyak mungkin adalah buatan dalam negeri.

"Jadi ini adalah pengembangan dari senjata ringan dan menengah, dan semua ini tergantung dari kontinuitas. Bagi Litbang pengembangan produk-produk tersebut memerlukan anggaran yang cukup besar," ungkap Direktur Utama PT. Pindad, Dr. Ir. Budi Santoso kepada pers disela-sela Stand Pameran Bursa Peralatan Pertahanan, Kamis siang (12/1), di Lapangan Apel Dephan RI, Jakarta Pusat.
Sebagaimana diketahui, dalam Bursa Pameran Industri Pertahanan, PT. Pindad memamerkan produk antara lain : APS 2-VI, Rantai Tank Scorpion dan Senjata SS-2.

Dijelaskan oleh Budi Santoso, untuk mengembangkan senjata SS-2 dibutuhkan waktu tiga tahun lebih, karena untuk industri semacam ini bukan sesuatu yang instant. "Kita mulai dari mendidik orang mengenai filosofi produknya, memilih proses produksinya, dan proses desainnya. Jadi proses ini memerlukan waktu," papar Budi Santoso.

Budi Santoso lalu menjelaskan, PT. Pindad mulai tahun 1996 sudah tidak mengunakan tenaga asing, PT. Pindad mendidik sendiri tenaga pribumi dan mulai tahun 2001 sudah mulai mengerti dan mendesain peralatan sendiri.

Menurut Budi Santoso, kendala yang dihadapi PT. Pindad, semua diminta instant, padahal untuk mengembangkan sesuatu perlu biaya. Kalau biaya pengembangan bisa dibayar terlebih dahulu oleh pemerintah, kemudian nanti diganti dengan produk jadinya, itu bisa berjalan lebih cepat. "Jadi, PT. Pindad tidak bisa sekaligus memproduksi banyak, karena untuk menganggarkannya butuh waktu," paparnya.

Dijelaskan pula, saat ini PT. Pindad sedang mengembangkan senjata kaliber 9 mm, termasuk dengan cailencer (tanpa suara) yang digunakan untuk pasukan khusus. Untuk jenis pistol, sedang dikembangkan P-2, dan dikembangkan pula varian standard dan varian akurasi tinggi. Sementara untuk peluru, sedang dikembangkan peluru dengan akurasi yang lebih tinggi dari yang standar.

Dari hasil kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beberapa watu lalu ke Bandung, jelasnya lagi, ini merupakan kabar baik bagi semua Bumnis. "Kita akan diberi multi years kontrak jangka panjang, sehingga kita bisa merencanakan kira-kira apa yang diperlukan pada awal tahun, dan kita bisa langsung membuat produknya," paparnya.

Sementara itu, Direktur Utama PT. PAL, Muhammad Moenir menjelaskan, untuk PT PAL saat ini hanya membuat kapal patroli pesanan Bea Cukai, sedangkan untuk Angkatan Laut mulai tahun 2006, akan membuat dua kapal jenis Landing Ship Dok (LPD), yaitu kapal untuk mengangkut Helikopter dan kapal pengangkut pasukan. "Itu nanti bulan Juni baru dimulai," ujarnya.

Dalam Pameran Bursa Industri Pertahanan, PT. PAL menampilkan produk antara lain maket kapal korvet nasional, maket FPB-57 NAV I, KPC-14 M, Tug Boat 2.400 HP, maket kapal penumpang cepat 160 penumpang, maket kapal tanker 17.500 LTDW dan general engineering.

Dijelaskan lebih lanjut oleh Muhammad Moenir, untuk kapal korvet nasional tinggal menunggu kontraknya, sedangkan mengenai desainnya sudah siap. "Kalau desainnya sudah siap dan kontrak sudah ada, tinggal melaksanakannya," paparnya.

Korvet nasional ini memiliki panjang 90 meter dengan kecepatan 25 knot, diharapkan dalam waktu 18 bulan bisa selesai. "Jadi pembuatan kapal menggunakan multi years," paparnya lagi.

Menurut Muhammad Moenir, potensi pasar PT. PAL cukup besar, hanya masalahnya kalau hanya berpikir membeli dari luar negeri memang tidak ada peningkatan di dalam negeri, tetapi pemerintah sudah bertekad untuk menumbuhkan kemampuan industri dalam negeri.

Untuk tahun 2005 sampai 2009, order PT. PAL banyak yang datang dari luar negeri. Ini membuktikan bahwa harga dan kualitas produk dalam negeri sudah tidak diragukan lagi. "Mereka tahu kalau PT. PAL dapat membuat kapal yang berkualitas dan harganya kompetitif dengan negara manapun," jelasnya.

Negara seperti Jerman, Turki, Italia dan Hongkong sudah memesan kapal-kapal produk PT. PAL. "Mereka pesan jenis kapal pengangkut curah Balcarien 50.000 ton, dan kapal Cemikel tanker," jelas Muhammad Moenir lagi.

Dijelaskan pula, saat ini PT. PAL sedang menjajaki kerjasama dengan galangan kapal lain yang ada di Indonesia. PT. PAL sampai 2005 sudah membuat kapal perang 57 meter sebanyak 12 kapal dan kapal Fast Patroli Boat 28 (FPB) sebanyak 30 kapal, bahannya ada yang dari almunium, kombinasi almunium dan kayu. "Masalah teknologinya tidak masalah, pemerintah sudah niat, tinggal sekarang realiasasinya," paparnya.

Pada kesempatan yang sama, Dir. Teknologi PT. Dirgantara Indonesia (DI), Mochajan, menjelaskan, saat ini PT. DI sedang mengembangkan Pesawat N-219 sekelas Twin Otter atau Cassa C- 212, dan hal ini masih merupakan konsep dan prototype. Selain itu, sedang dikembangkan pula pesawat jenis baru, yaitu Pesawat Trainer yang merupakan pesawat latih, namun masih merupakan konsep dan belum jelas kapan akan diproduksi. "Pesawat N-219 memuat 19-20 orang, dan cocok untuk pesawat angkut pasukan," tuturnya.

Pada Pameran Bursa Industri Pertahanan, PT. DI menampilkan produk antara lain Pesawat Model CN 235, Pesawat Model CN 235 MPA, Helikopter Model NBO 105, Helikopter Model NBell 412, Helikopter Model NAS 332, Flight Simulator Model dan Model UAV.

Mochajan lebih lanjut menjelaskan, untuk mencukupi kebutuhan dirgantara ada upaya-upaya dari DI, seperti TNI AU akan menggantikan Armada Skuadron Foker 127 dengan Pesawat CN -235, Skuadron 6 Helikopter buatan tahun 60-an, akan digantikan dengan Helikopter Super Puma. Dari TNI AD sendiri, tadinya mengunakan Cassa 212, dan sekarang ditawarkan Cassa 219, sedangkan untuk TNI - AL butuh Helikopter, sementara Polisi kemungkinan menggunakan Helikopter Super Puma.

Berkaitan dengan banyaknya karyawan PT DI yang di PHK, Mochajan menjelaskan, karena produksi turun sementara karyawan banyak, maka PT. DI mengurangi sejumlah karyawan. "Nanti begitu pesanan datang bisa dipanggil lagi," paparnya. (EKS/MAW/RHT)

10 February 2006

BEHIND ENEMY LINES



All written material is copyright mangdin(c)2006 --- Send me email to emilrabin@yahoo.com